Moonrise Over Egypt: Agama dan Negara Tak Bisa Dipisahkan

Sebelum membahas review saya tentang film Moonrise Over Egypt, berikut sinopsis singkatnya:

April 1947, delegasi Indonesia tiba di Kairo untuk melakukan misi diplomatik demi mendapatkan pengakuan de jure dari pemerintah Mesir atas kedaulatan dan kemerdekaan Indonesia. Mereka adalah Haji Agus Salim, Abdurrachman Baswedan, Mohammad Rasjidi dan Nazir Sutan Pamuntjak.


Tetapi, kenyataannya tidak semulus rencana. Duta Besar Belanda untuk Mesir, Willem Van Recteren Limpurg, meluncurkan serangkaian taktik untuk menggagalkan misi delegasi Indonesia termasuk menyusupi kelompok delegasi Indonesia dengan mata-mata.

Apa yang terjadi selanjutnya? Silahkan menonton di bioskop ya šŸ˜

Dari segi poster dan trailer jujur saja, film ini terasa kurang menarik tetapi karena saya suka sejarah jadi berfikir toh saya ingin menikmati, mengetahui dan belajar sejarahnya. Jikapun nanti filmnya kurang menarik, setidaknya engga rugi amat gitu ya, minimal dapat pengetahuan baru. Jadi, fix, saya dan suami nonton film ini.

Ketika masuk ke dalam studio, kaget, karena didalamnya hanya ada 4 orang penonton, sudah termasuk kami berdua. Sedih ya, film bernilai sejarah gini malah kurang peminatnya.

Nah, meskipun awalnya meragukan, tapi, Alhamdulillah puas banget setelah nonton film berdurasi 114 menit ini. Walau bertema sejarah tetapi tidak membosankan, nilai sejarahnya jelas, bumbu dramanya pas, kocak tapi tidak terkesan alay atau lebay gitu. Kadang ada penampakan di frame filmnya yang berlebihan, tetapi itu tidak terlalu mengganggu jalannya cerita jadi saya mah no problem.

Secara garis besar, film yang disutradarai oleh Pandu Adiputra ini tentang perjuangan delegasi Indonesia, lebih mengerucut lagi kita akan dibuat kagum oleh betapa kerennya Haji Agus Salim. Seorang pahlawan yang bergelar The Grand Old Man, diplomat yang jago beberapa bahasa asing ini contoh seorang muslim yang baik juga nasionalis sejati. Beliau selalu menyertakan Allah dalam setiap keadaan dan mencintai negerinya lebih dari keluarganya, teman-temannya bahkan dirinya sendiri.

Selain berisi kisah perjuangan, fim ini juga menabur unsur drama percintaan dan persahabatan yang sederhana, manis tetapi menyentuh hati. Kita akan berkenalan dengan Hasan, Hisyam dan Zahra yang mewakili mahasiswa Indonesia dan Malaysia yang mendukung perjuangan, juga hubungan saling mendukung dan memahami antara Abdurrahman Baswedan, Mohammad Rasjidi dan Nazir Sutan Pamuntjak.

Pada film ini juga banyak nilai kehidupan yang bisa kita ambil, seperti kecintaan terhadap negeri, perjuangan, pengorbanan, keikhlasan, kepiawaian diplomasi, persahabatan juga arti memegang suatu amanah. Jika kita muslim, maka Haji Agus Salim telah memberi contoh bahwa Islam itu bukan sekedar sajadah dan sholat tetapi juga pandangan hidup yang menentukan arah kehidupan kita, sebagai muslim, sebagai manusia, juga sebagai warga suatu negara.

Satu lagi yang paling saya suka adalah di film ini bertabur dialog-dialog keren yang menginspirasi tentang perjuangan, kehidupan, bahkan pernikahan. Salahsatu quote yang paling saya ingat adalah ketika Haji Agus Salim berbincang dengan Hisyam, dengan yakin beliau berkata:

Berjuang itu bukan pilihan tetapi kemestian hidup

Jadi, buat teman-teman yang suka nonton film atau ingin belajar sejarah Indonesia dengan format yang lebih asyik, bisa nonton Moonrise Over Egypt ini. Selamat menonton šŸ˜ŠšŸ˜ŠšŸ˜Š

Diterbitkan oleh Hayati Ayatillah

a life learner

51 tanggapan untuk “Moonrise Over Egypt: Agama dan Negara Tak Bisa Dipisahkan

  1. Saya membaca perjuangan diplomasi hebat mereka di berbagai literatur. Luar biasa memantik nasionalisme kita. Jika masih tayang, saya ingin segera nonton juga.. Haturnuhun kak Hayati review filmnya

  2. Posternya gk menarik banget ya..
    Tapi filmnya memunculkan istilah “don’t judge movie by its poster”.. Hahaha

  3. Aku baru tau ada film ini mbak.. Mungkin yg di bioskop sedikit krn mereka bagian dr aku (gak tau). Tp stlh tau, aku jd tertarik untuk nntn krn baca buku ttg peristiwa itu mungkin susah sempatnya bisa diwakilkan dlu dg nntn yg durasinya lbh ringkas. Makasi mbak hayati informasinya.. šŸ˜Š

  4. Dana promosinya sepertinya memang minim, keliatan dari komen2 sebelum2nya. Saya sendiri kalau karena gak liat jadwal film, juga gak tahu ada film ini.
    Tapi salut sama sineas yg udah bikin ini, ya nggak?

  5. Kayaknya tim promosi filmnya kurang bekerja keras bt memasarkan filmnya jd banyak yg belum tahu. Tapi abis baca tulisan ini aku jadi mau nonton trailernya di yutub hehe. Tim promosinya hrs berterima kasih sama Mba Hayati, karena setidaknya sudah mempromosikan film Moonrise Over Egypt secara tidak langsung heheeh

  6. ini anakku yang merengek pengen nonton ini. karena dia suka sejarah banget. dari sejarah luar negeri ampe dala negeri dia ikutin..ini memang soon pgn nonton saya

  7. Kalau masih tayang, yuk guys nonton bareng kita. Mungkin promosinya kurang gencar kali ya sampai ga banyak yang tahu film ini. Makasih ulasannya kak Hayati yang tidak lelah hehehehhe

  8. Wah sayang banget ini sepertinya filmnya kurang promosi.. saya suka banget sama kata2 kak hayati.. islam itu bukan sekedar sajadah dan solat tetapi juga pandangan hidup.. keren kak šŸ‘

  9. Film Indonesia itu kalau pemerannya bukan aktor atau sutradaranya udah beken, bakal ga kedengeran keberadaraannya. Dan jika penyebabnya adalah kedua hal di atas, berarti ada tambahan satu masalah lagi: kurang dana untuk promosi. Hehehe

  10. Film berlatar sejarah, salah satu hal paling asik buat belajar sejarah. NIce, I’ll watch. Dan sudah turun layar, kalau begitu saya akan menunggu di HOOQ. Thanks recommendasi nya.

  11. Sedih ya …udh banyak film indo yg berkualitas tp peminatnya sedikit dan lbh memilih film hollywood. Padahal byk film dalam negeri yg menang di festival film internasional. Semoga mulai sadar ya masyarakat kita mencintai produksi negeri sendiri

Tinggalkan Balasan ke Ifa Mutia Batalkan balasan